Subscribe:

Selasa, 04 Desember 2012

Kenali Penyakit Rematoid Artritis

Headline
PENYAKIT rematoid pada umunya lebih banyak menyerang orang tua, yang kondisi badannya buruk serta jarang berolahraga.
Penyakit rematoid artritis adalah penyakit radang sendi yang sering menyerang persendian kecil. Seperti sendi-sendi tangan dan kaki. Penyakit ini adalah bersifat symetris. Walaupun kadang-kadang ada juga yang menyerang sendi besar dan hanya mengenai satu sendi seperti sendi bahu dan sendi pinggul.
Penyebab penyakit ini tidak jelas diketahui dengan pasti, namun menurut para peneliti ada berbagai faktor yang turut menentukan timbulnya penyakit tersebut seperti;
Cuaca, gizi yang kurang baik, adanya penyakit yang mendahului dan sebagainya.
Tanda-tanga khusus yang sering muncul pada rematoid artritis antara lain:
1. Pada pagi hari sendi merasa kaku.
2. Muncul gejala radang (nyeri, bengkak, panas, kemerahan).
3. Mula-mula gejala radang hanya satu sendi. Tetapi setelah 3 bulan biasanya menjalar ke sendi lain dan symetris. Terutama yang mengenai sendi kecil (tangan kaki).
4. Bila dilakukan pemeriksaan hasilnya positif adanya faktor rematoid, kemudian muncul benjolan pada permukaan kulit sendi dan terjadi deformitas sendi.
Gambaran klinis yang terjadi pada rematoid artritis. Cirikhas penyakit ini menyerang pada banyak sendi. Walaupun diawali dengan hanya menyerang satu sendi tetapi dengan cepat menjalar ke sendi yang lain dan bersifat bilateral.
Yang paling banyak diserang adalah sendi-sendi kecil seperti persendian tangan dan kaki. Tetapi pada orang tua banyak terserang pada sendi bahu lebih dahulu. Pada awalnya disertai dengan demam dan gejala radang.
Kemudian penderita mengeluh nyeri dan kaku sendi pada pagi hari. Kemudian diikuti timbulnya pembengkakan disekitar sendi, gerakan menjadi terbatas dan akhirnya muncul tonjolan pada permukaan kulit.
Proses selanjutnya sendi mengalami deformitas atau kelainan bentuk. Hal ini terjadi karena kerusakan kapsul sendi dan usaha membuat posisi yang dapat mengurangi nyeri.
Jalankan pola hidup sehat, yaitu dengan makan gizi seimbang, vitamin dan ditambah suplemen tertentu. Berolahraga secara teratur, istirahat dengan baik, melakukan rilexasi badan seminggu sekali (dengan massage, peregangan, exercise) sehingga bisa mencegah gangguan rematoid artritis yang dapat dilakukan sejak dini.

Selasa, 27 November 2012

5 Cara Mencegah Penyakit Jantung Untuk Perempuan Menopause


Ilustrasi 

Diet sehat, rutin latihan fisik dan menghentikan kebiasaan buruk dapat melindungi perempuan menopause dari penyakit jantung.

Perempuan menopause lebih rentan terkena penyakit jantung dan kardiovaskular.
Karenanya, diet sehat dan menghentikan kebiasaan buruk harus dilakukan untuk mencegah serangan penyakit tersebut.

Sunita Pathania, seorang ahli diet dan diabetes dari Healthy Living Diet Clinic menyarankan beberapa hal, agar perempuan menopause terhindar dari penyakit jantung.

1. Berhenti Merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar dua kali lipat. Selain itu, merokok juga dapat membahayakan orang-orang di sekitar Anda yang menjadi perokok pasif. Jika Anda bukan seorang perokok, lebih baik menjauh dari lingkungan berasap, karena perokok pasif juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

2. Menjaga Berat Badan

Usia perempuan sering dikaitkan dengan penambahan berat badan dan obesitas. Obesitas sendiri menyebabkan peningkatan risiko penyakit jantung. Untuk itu, Anda harus menjaga berat badan Anda. Hindari makanan berlemak atau makanan cepat saji.

3. Latihan Fisik

Untuk menjaga jantung agar tetap sehat, Anda harus aktif dan latihan fisik secara teratur. Setidaknya lakukan 30 menit  setiap hari. Latihan fisik dengan teratur juga membantu memompa darah ke seluruh tubuh lebih efisien dan mengurangi risiko penyakit lain seperti tekanan darah tinggi, kolesterol, dan stres. Selain itu, latihan fisik juga membantu menjaga  kadar gula darah.

4. Makanan Bergizi 

Selain menjaga berat badan, Anda juga harus diet kaya serat dan rendah lemak. Karenanya, memperbanyak konsumsi sayuran hijau, buah segar, kacang-kacangan, biji-bijian, dan ikan perlu dilakukan.

5. Pemeriksaan Kesehataan Rutin

Untuk mencegah masalah kesehatan, lebih baik melakukan pemeriksaan medis secara rutin. Penyakit seperti diabetes, kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko untuk penyakit jantung. Semakin cepat gejala penyakit diketahui, maka semakin cepat Anda dapat menanganinya.

Minggu, 25 November 2012

Yang Harus Diketahui Sebelum Menyelam

Seorang penyelam atau calon penyelam yang tidak memenuhi syarat psikologi dan kesehatan bisa mengalami berbagai risiko bila nekat menyelam.

Menyelam atau diving saat ini berkembang sedemikian pesat seiring dengan berkembangnya berbagai wisata bahari di Indonesia.

Tak heran bila kini perkumpulan selam dan penyelam baru banyak bermunculan, sehingga  diving menjadi sebuah tren baru di masyarakat.

Diving itu sendiri, tergolong kegiatan di alam terbuka yang aman, tapi mempunyai risiko tersendiri bagi kesehatan dibandingkan dengan kegiatan alam terbuka lainnya.

Hal ini terutama, karena aktivitas menyelam berhubungan dengan perubahan fisika dan fisiologi dalam air terhadap udara yang dipakai, dan adaptasi fisiologis tubuh terhadap perubahan tersebut.

Oleh karena itu, para penyelam dan calon penyelam harus mengetahui beberapa aspek kesehatan dalam aktivitas  ini untuk menghindari atau meminimalisasi risiko yang tidak diinginkan.

Mayor Laut (K/W) dr Merlin Avongsa, Mkes, mengatakan, ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh  seorang penyelam atau calon penyelam, meliputi:

Psikologi
Seorang penyelam atau calon penyelam harus memiliki kondisi emosional yang stabil, tenang, dan mampu mengatasi tekanan fisik dan mental. Selain itu, orang tersebut juga tidak mudah gelisah dan mampu menyingkirkan rasa takut dari pikirannya.

Kesehatan
Riwayat penyakit dan obat-obatan yang masih diminum untuk jangka panjang juga harus diperhatikan. Obat-obat untuk kejiwaan (penenang, obat tidur atau anti depresi), anti alergi, anti Diabetes Melitus (DM), steroid dan alkohol mengurangi keamanan penyelam, karena efeknya yang tidak dapat diprediksi saat berada di lingkungan bertekanan tinggi.

Selain itu, lanjut Merlin, kesehatan dan fungsi jantung, paru, THT dan sistem persarafan harus dalam batas normal. Ini sangat penting untuk diperhatikan, karena jantung, paru dan sistem persarafan merupakan organ tubuh utama yang mendukung kehidupan dengan menyuplai peredaran darah dan oksigen ke seluruh tubuh, dan mempertahankan kesadaran penyelam.

“Karena lingkungan penyelaman sangat berbeda dengan lingkungan hidup fisiologis manusia di darat, maka organ-organ tubuh vital tersebut benar-benar harus berfungsi normal,” tambah dokter yang berpraktik di RSAL dr Mintohardjo, Jakarta ini, kepada Beritasatu.com.

Kondisi kesehatan lainnya yang juga penting bagi penyelam adalah THT (telinga, hidung dan tenggorokan). Menurut Merlin, THT yang normal dan berfungsi baik sangat penting untuk proses equalisasi (penyamaan tekanan lingkungan) saat penyelam turun ke dasar laut atau naik ke permukaan air.

Oleh karena itu, menderita flu ringan sekalipun, kata Merlin, tidak disarankan untuk menyelam. “Flu mengindikasikan adanya proses peradangan pada sistem saluran nafas dan biasanya disertai pembengkakan, sehingga proses equalisasi tidak bisa berjalan lancar,” jelasnya.

Bila seseorang memaksakan diri menyelam dalam kondisi flu, bisa menderita barotrauma, yaitu penyakit penyelaman akibat perbedaan tekanan.

Barotrauma yang paling sering terjadi, kata Merlin, adalah barotrauma telinga tengah saat penyelam mulai turun ke dasar laut, dimana timbul nyeri di telinga karena equalisasi tidak berhasil.

“Barotrauma dapat juga mengenai sinus, wajah, paru, usus bahkan artificial pada rongga antara pakaian selam dan tubuh penyelam,” imbuhnya.

Selain flu, penderita sinusitis, lanjut Merlin, juga tidak diperbolehkan menyelam. Sama seperti flu, sinusitis juga ada peradangan dan pembengkakan pada lapisan rongga dan saluran sinus, sehingga aliran udara saat proses equalisasi tidak dapat berjalan lancar.

“Akibatnya udara dapat terjebak di dalam rongga sinus dan menimbulkan nyeri di daerah wajah dan kepala yang hebat yang disebut barotrauma sinus. Keluhan ini dapat terjadi saat penyelam turun ke dasar laut maupun naik ke permukaan air,” jelasnya panjang lebar.

Nah, bila semua syarat psikologi dan kesehatan tersebut tidak terpenuhi atau dilanggar oleh penyelam atau calon penyelam, maka yang bersangkutan, kata Merlin, berisiko tinggi mengalami berbagai masalah. Mulai dari kesulitan proses menyelam yang ringan, kecelakaan penyelaman yang masih dapat ditangani sampai yang tidak tertolong. “Celakanya, risiko tersebut tidak hanya dialami orang yang bersangkutan, tapi bisa juga mengenai buddy diver (penyelam pendamping),” tegasnya.

Tips Aman Menyelam
Lantas, bagaimana dengan perempuan yang sedang haid, bolehkah menyelam? Perempuan yang sedang haid, lanjut Merlin, dilarang menyelam bila mempunyai keluhan seperti nyeri perut, kram, nyeri kepala, mual dan muntah.

Perubahan hormonal saat haid, kata dia, membuat perempuan cenderung mengalami retensi air dan pembengkakan yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit penyelaman, yaitu decompression sickness, serta perubahan psikologi.

“Namun untuk perempuan haid yang kesehatan fisik dan psikologinya tidak ada kelainan, diperbolehkan menyelam. Namun untuk kenyamanan, sebaiknya Anda memakai pelindung internal seperti tampon daripada pembalut,” tambah Merlin.

Untuk masalah usia, adakah batasan untuk seorang penyelam? Merlin menjelaskan, idealnya seorang penyelam berusia antara 16 – 35 tahun. Bila kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, sebaiknya diawasi dengan ketat.

Pada usia kurang dari 16 tahun, lanjut dia, umumnya belum cukup matang kondisi psikologisnya. Sedangkan usia lebih dari 35 tahun mulai menurun fungsi organ-organ tubuh yang vital, sehingga pemeriksaan kesehatan sebelum menyelam harus lebih lengkap dan teliti.

Nah, berikut beberapa tips aman menyelam yang diberikan oleh Mayor Laut (K/W) dr Merlin Avongsa, Mkes:

1. Memenuhi syarat kesehatan fisik dan psikologi
2. Pengetahuan dan ketrampilan menyelam yang memadai
3. Peralatan selam sesuai standar dan berfungsi baik
4. Ada penyelam pendamping yang berpengalaman
5. Menguasai medan penyelaman
6. Mematuhi rencana penyelaman
7. Setelah menyelam sebaiknya tidak bepergian dengan pesawat terbang sebelum 12 jam.

Sabtu, 24 November 2012

3 Penyakit Akibat Infeksi Virus & Bakteri Serta Pencegahannya

Penyebaran virus melalui udara ditandai dengan timbulnya batuk yang tak sembuh-sembuh (Foto - foxnews)Sebenarnya lingkungan sekitar kita tidaklah bebas dari sumber-sumber penyakit berupa virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing, kutu bahkan serangga (nyamuk aedes aegypti). Bahkan hewan peliharaan pun membawa bibit penyakit.

Hanya saja, virus virus dan bakteri merupakan penyebab utama penyakit atau infeksi di sekitar kita. Namun ancaman dari terjangkitnya virus dan bakteri yang menyebabkan infeksi bisa dicagah bila kita senantiasa disiplin menerapkan langkah-langkah pencegahan.

Penyebaran virus/bakteri bisa melalui tiga cara yaitu, udara, makanan dan minuman serta melalui darah dan berhubungan seks.

1.Penyebaran virus melalui udara
Ditandai dengan timbulnya batuk yang tak sembuh-sembuh. Pencehagannya, senantiasa meningkatkan daya tahan tubuh, berolahraga, makan dan minum vitamin atau suplemen serta istirahat yang cukup.

2.Penyebaran melalui makanan dan minuman
umumnya, penyakit yang menular adalah thypus, hepatitis A dan diare. Gejala thypus biasanya menimbulkan mual, perut tidak enak, tidak nafsu makan, demam dan susah buang air besar disertai suhu panas tinggi di malam hari dan pada siang hari turun.

Sementara gejala diare terlihat dengan muntah-muntah dan dehirasi. Penderita harus segera memperoleh asupan cairan melalui infus.

Hepatitis A gejalanya terlihat pada demam dan adanya rasa nyeri di ulu hati, mual-mual, kencing berwarna seperti air teh, mata kuning, buang air besar pucat. kalau sudah begii penderita harus istirahat total dan hanya mengkonsumsi makanan yang bersih, lunak dan tidak berlemak.

Kamis, 22 November 2012

Nyeri kronis bisa disebabkan penyakit keturunan?

Nyeri kronis bisa disebabkan penyakit keturunan?


Rasa nyeri yang kronis seringkali muncul tanpa sebab. Tetapi, tahukah Anda bahwa nyeri bisa jadi penyakit keturunan? Baru-baru ini, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa remaja yang memiliki orang tua dengan nyeri kronis berisiko tinggi mengalami penyakit yang sama.

Studi ini telah melibatkan lebih dari 5.300 remaja (berusia 13-18 tahun) di Norwegia. Hasilnya membuktikan bahwa remaja lebih cenderung mengalami rasa nyeri yang sama, bila salah satu atau kedua orang tua mereka menderita rasa nyeri yang kronis. Hasil studi ini diterbitkan secara online dalam jurnal Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine pada tanggal 19 November lalu.

"Setelah disesuaikan dengan faktor sosial ekonomi dan psikososial, hasil temuan kami ternyata tidak berubah. Tetapi, jenis struktur keluarga memang berpengaruh," kata Dr. Bradley Flansbaum, an internist at Lenox Hill Hospital in New York, seperti dilansir Health.com, (22/11). "

Nyeri kronis bisa berakibat fatal bagi kesehatan. Apalagi jika diabaikan begitu saja. Apakah Anda merasakan rasa nyeri yang berulang-ulang? Kalau ya, segera konsultasikan dengan dokter. Siapa tahu Anda itu bukan keluhan biasa.

4 Penyakit karena Abaikan Kebersihan Kulit


 

Membersihkan tubuh dengan air dan sabun ketika mandi saja ternyata tidak cukup untuk menjaga kesehatan kulit. Jika tubuh tidak dikeringkan dengan baik kulit akan menjadi lembab sehingga kuman dan bakteri berkembang biak.

Handuk merupakan perlengkapan wajib yang dipakai untuk mengelap atau mengeringkan tubuh setelah mandi. Tetapi handuk kotor atau kurang menyerap air bisa memicu timbulnya penyakit kulit.

Menurut spesialis kulit dr.Vinia Ardiani Permata, Sp.KK, sebenarnya ada beberapa jamur atau bakteri yang merupakan flora normal di kulit kita. Dalam kondisi yang lembab, jamur atau bakteri itu akan berkembang biak sehingga memicu gangguan kulit.

"Pada orang-orang yang sering berkeringat atau kurang menjaga kebersihan kulit, jamur atau bakterinya akan berkembang biak," katanya dalam acara coaching clinic yang diadakan PT.Indah Jaya Textile Industry di Kidzania Jakarta, Kamis (22/11/12).

Beberapa penyakit kulit yang seringkali timbul karena kurang terjaganya kebersihan kulit antara lain :

1. Panu (Pitiriasis versikolor)

Panu disebabkan oleh kuman tinea versikolor dan umumnya tidak menimbulkan gatal. Penyakit ini akan menyebabkan bercak bersisik berwarna-warni mulai dari putih, merah, sampai kecokelatan. Biasanya mengenai bagian muka, leher, badan, ketiak, tungkai, lengan, dan masih banyak lagi.

2. Tinea (kurap)

Disebabkan oleh jamur dermatofita. Berbeda dengan panu, penyakit kurap akan menimbulkan rasa gatal yang hebat ketika kulit berkeringat. Bentuknya agak bulat dengan bagian tepi berwarna lebih merah akibat peradangan.

3. Skabies, gudik atau budukan
Ini adalah penyakit kulit akibat kutu (sarcoptes scabiei). Penyakit ini paling mudah menular melalui kontak langsung atau menggunakan benda yang sama, seperti pakaian, handuk, atau sprei. Umumnya menyerang manusia secara berkelompok, misalnya penghuni panti asuhan atau pesantren.

Gejala klinis skabies adalah adanya tanda seperti terowongan berwarna putih keabu-abuan berbentuk garis lurus atau berkelok. Menurut dr.Vinia, itu merupakan pertanda adanya kutu yang masuk ke kulit dan membuat alur terowongan. Biasanya terjadi di lipatan ketiak, bokong, dan sela jari-jari tangan karena kulitnya lebih tipis.

4. Infeksi bakteri pioderma
Disebabkan oleh bakteri Staphylococcus dan Steptococcus. Gejala klinis yang tampak adalah timbulnya bisul.

Untungnya penyakit-penyakit tersebut bisa disembuhkan dengan obat. Tetapi ia menyarankan agar kita memeriksakan diri ke dokter kulit karena awam belum tentu bisa membedakan mana yang penyakit disebabkan oleh jamur, kuman, atau kutu.

Jaga kebersihan tubuh dengan cara mandi dua kali sehari, mengeringkan tubuh dengan handuk yang menyerap, serta memilih bahan pakaian yang menyerap keringat sangat dianjurkan untuk mencegah kulit lembab.

Rabu, 21 November 2012

Cedera Otak dan Pestisida Tingkatkan Risiko Penyakit Parkinson?


Parkinson adalah kondisi saraf yang mengakibatkan tremor 

Kombinasi cedera otak dan pestisida membuat seseorang berisiko tinggi terkena Parkinson.
Cedera otak dapat mempengaruhi kesehatan dalam jangka panjang, ini menurut sebuah penelitian baru. Hal ini berlaku, terutama jika orang-orang yang menderita cedera otak hidup di daerah yang terkontaminasi dengan pestisida. Dikatakan bahwa mereka akan meningkatkan risiko penyakit Parkinson tiga kali lebih tinggi.

"Kombinasi cedera otak dan pestisida benar-benar membuat seseorang berisiko tinggi terkena Parkinson," jelas kepala penulis penelitian, Dr Beare Ritz dari UCLA's Fielding School of Public Health.

Seperti dilansir CBS News (20/11), Parkinson adalah kondisi saraf yang mengakibatkan tremor (gemetaran), perlambatan gerakan, kekakuan pada lengan atau kaki, dan masalah keseimbangan. Sebabnya adalah hilangnya sel-sel otak yang memproduksi dopamin, hormon alami yang tugasnya meregulasi pergerakan tubuh.

Melalui penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Neurology, para ahli membandingkan 357 penderita Parkinson dengan 754 orang-orang normal. Seluruh responden berasal dari California dan ditanyai apakah mereka pernah mengalami cedera otak yang mengakibatkan pada ketidaksadaran lebih dari lima menit. Kondisi kesehatan responden yang berkaitan dengan paparan pestisida juga diamati.

Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan cedera otak dapat meningkatkan risiko penyakit Parkinson. Kini, pernyataan itu diperkuat dengan penelitian terbaru bahwa kombinasi cedera otak dan pestisida meningkatkan risiko penyakit Parkinson hingga tiga kali lipat.

"Penelitian ini membuktikan bahwa proses fisiologis yang disebabkan dari cedera otak membuat sel-sel menjadi rapuh. Sehingga pestisida yang masuk bersifat sebagai racun pada otak," terang Dr Ritz.

Namun, Dr Andrew Feigen dari Feinstein Institute for Medical Research yang tidak terlibat dalam penelitian menggarisbawahi bahwa Parkinson adalah penyakit genetik. Jadi penelitian Dr Ritz tidak bisa disimpulkan kalau cedera otak adalah penyebab utama dari penyakit Parkinson.

"Ini hanya salah satu risiko. Sebab banyak orang terkena paparan pestisida tidak menderita Parkinson dan kebanyakan pasien Parkinson juga tidak terlalu sering mengalami paparan pestisida," pungkas Feigen.