Seorang penyelam atau calon penyelam
yang tidak memenuhi syarat psikologi dan kesehatan bisa mengalami
berbagai risiko bila nekat menyelam.
Menyelam atau diving saat ini berkembang sedemikian pesat seiring dengan berkembangnya berbagai wisata bahari di Indonesia.
Tak heran bila kini perkumpulan selam dan penyelam baru banyak
bermunculan, sehingga diving menjadi sebuah tren baru di masyarakat.
Diving itu sendiri, tergolong kegiatan di alam terbuka yang aman, tapi
mempunyai risiko tersendiri bagi kesehatan dibandingkan dengan kegiatan
alam terbuka lainnya.
Hal ini terutama, karena aktivitas menyelam berhubungan dengan perubahan
fisika dan fisiologi dalam air terhadap udara yang dipakai, dan
adaptasi fisiologis tubuh terhadap perubahan tersebut.
Oleh karena itu, para penyelam dan calon penyelam harus mengetahui
beberapa aspek kesehatan dalam aktivitas ini untuk menghindari atau
meminimalisasi risiko yang tidak diinginkan.
Mayor Laut (K/W) dr Merlin Avongsa, Mkes, mengatakan, ada dua syarat
yang harus dipenuhi oleh seorang penyelam atau calon penyelam,
meliputi:
Psikologi
Seorang penyelam atau calon penyelam harus memiliki kondisi emosional
yang stabil, tenang, dan mampu mengatasi tekanan fisik dan mental.
Selain itu, orang tersebut juga tidak mudah gelisah dan mampu
menyingkirkan rasa takut dari pikirannya.
Kesehatan
Riwayat penyakit dan obat-obatan yang masih diminum untuk jangka panjang
juga harus diperhatikan. Obat-obat untuk kejiwaan (penenang, obat tidur
atau anti depresi), anti alergi, anti Diabetes Melitus (DM), steroid
dan alkohol mengurangi keamanan penyelam, karena efeknya yang tidak
dapat diprediksi saat berada di lingkungan bertekanan tinggi.
Selain itu, lanjut Merlin, kesehatan dan fungsi jantung, paru, THT dan
sistem persarafan harus dalam batas normal. Ini sangat penting untuk
diperhatikan, karena jantung, paru dan sistem persarafan merupakan organ
tubuh utama yang mendukung kehidupan dengan menyuplai peredaran darah
dan oksigen ke seluruh tubuh, dan mempertahankan kesadaran penyelam.
“Karena lingkungan penyelaman sangat berbeda dengan lingkungan hidup
fisiologis manusia di darat, maka organ-organ tubuh vital tersebut
benar-benar harus berfungsi normal,” tambah dokter yang berpraktik di
RSAL dr Mintohardjo, Jakarta ini, kepada
Beritasatu.com.
Kondisi kesehatan lainnya yang juga penting bagi penyelam adalah THT
(telinga, hidung dan tenggorokan). Menurut Merlin, THT yang normal dan
berfungsi baik sangat penting untuk proses equalisasi (penyamaan tekanan
lingkungan) saat penyelam turun ke dasar laut atau naik ke permukaan
air.
Oleh karena itu, menderita flu ringan sekalipun, kata Merlin, tidak
disarankan untuk menyelam. “Flu mengindikasikan adanya proses peradangan
pada sistem saluran nafas dan biasanya disertai pembengkakan, sehingga
proses equalisasi tidak bisa berjalan lancar,” jelasnya.
Bila seseorang memaksakan diri menyelam dalam kondisi flu, bisa
menderita barotrauma, yaitu penyakit penyelaman akibat perbedaan
tekanan.
Barotrauma yang paling sering terjadi, kata Merlin, adalah barotrauma
telinga tengah saat penyelam mulai turun ke dasar laut, dimana timbul
nyeri di telinga karena equalisasi tidak berhasil.
“Barotrauma dapat juga mengenai sinus, wajah, paru, usus bahkan
artificial pada rongga antara pakaian selam dan tubuh penyelam,”
imbuhnya.
Selain flu, penderita sinusitis, lanjut Merlin, juga tidak diperbolehkan
menyelam. Sama seperti flu, sinusitis juga ada peradangan dan
pembengkakan pada lapisan rongga dan saluran sinus, sehingga aliran
udara saat proses equalisasi tidak dapat berjalan lancar.
“Akibatnya udara dapat terjebak di dalam rongga sinus dan menimbulkan
nyeri di daerah wajah dan kepala yang hebat yang disebut barotrauma
sinus. Keluhan ini dapat terjadi saat penyelam turun ke dasar laut
maupun naik ke permukaan air,” jelasnya panjang lebar.
Nah, bila semua syarat psikologi dan kesehatan tersebut tidak terpenuhi
atau dilanggar oleh penyelam atau calon penyelam, maka yang
bersangkutan, kata Merlin, berisiko tinggi mengalami berbagai masalah.
Mulai dari kesulitan proses menyelam yang ringan, kecelakaan penyelaman
yang masih dapat ditangani sampai yang tidak tertolong. “Celakanya,
risiko tersebut tidak hanya dialami orang yang bersangkutan, tapi bisa
juga mengenai buddy diver (penyelam pendamping),” tegasnya.
Tips Aman Menyelam
Lantas, bagaimana dengan perempuan yang sedang haid, bolehkah menyelam?
Perempuan yang sedang haid, lanjut Merlin, dilarang menyelam bila
mempunyai keluhan seperti nyeri perut, kram, nyeri kepala, mual dan
muntah.
Perubahan hormonal saat haid, kata dia, membuat perempuan cenderung
mengalami retensi air dan pembengkakan yang meningkatkan risiko
terjadinya penyakit penyelaman, yaitu decompression sickness, serta
perubahan psikologi.
“Namun untuk perempuan haid yang kesehatan fisik dan psikologinya tidak
ada kelainan, diperbolehkan menyelam. Namun untuk kenyamanan, sebaiknya
Anda memakai pelindung internal seperti tampon daripada pembalut,”
tambah Merlin.
Untuk masalah usia, adakah batasan untuk seorang penyelam? Merlin
menjelaskan, idealnya seorang penyelam berusia antara 16 – 35 tahun.
Bila kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, sebaiknya diawasi
dengan ketat.
Pada usia kurang dari 16 tahun, lanjut dia, umumnya belum cukup matang
kondisi psikologisnya. Sedangkan usia lebih dari 35 tahun mulai menurun
fungsi organ-organ tubuh yang vital, sehingga pemeriksaan kesehatan
sebelum menyelam harus lebih lengkap dan teliti.
Nah, berikut beberapa tips aman menyelam yang diberikan oleh Mayor Laut (K/W) dr Merlin Avongsa, Mkes:
1. Memenuhi syarat kesehatan fisik dan psikologi
2. Pengetahuan dan ketrampilan menyelam yang memadai
3. Peralatan selam sesuai standar dan berfungsi baik
4. Ada penyelam pendamping yang berpengalaman
5. Menguasai medan penyelaman
6. Mematuhi rencana penyelaman
7. Setelah menyelam sebaiknya tidak bepergian dengan pesawat terbang sebelum 12 jam.