Subscribe:

Minggu, 25 November 2012

Yang Harus Diketahui Sebelum Menyelam

Seorang penyelam atau calon penyelam yang tidak memenuhi syarat psikologi dan kesehatan bisa mengalami berbagai risiko bila nekat menyelam.

Menyelam atau diving saat ini berkembang sedemikian pesat seiring dengan berkembangnya berbagai wisata bahari di Indonesia.

Tak heran bila kini perkumpulan selam dan penyelam baru banyak bermunculan, sehingga  diving menjadi sebuah tren baru di masyarakat.

Diving itu sendiri, tergolong kegiatan di alam terbuka yang aman, tapi mempunyai risiko tersendiri bagi kesehatan dibandingkan dengan kegiatan alam terbuka lainnya.

Hal ini terutama, karena aktivitas menyelam berhubungan dengan perubahan fisika dan fisiologi dalam air terhadap udara yang dipakai, dan adaptasi fisiologis tubuh terhadap perubahan tersebut.

Oleh karena itu, para penyelam dan calon penyelam harus mengetahui beberapa aspek kesehatan dalam aktivitas  ini untuk menghindari atau meminimalisasi risiko yang tidak diinginkan.

Mayor Laut (K/W) dr Merlin Avongsa, Mkes, mengatakan, ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh  seorang penyelam atau calon penyelam, meliputi:

Psikologi
Seorang penyelam atau calon penyelam harus memiliki kondisi emosional yang stabil, tenang, dan mampu mengatasi tekanan fisik dan mental. Selain itu, orang tersebut juga tidak mudah gelisah dan mampu menyingkirkan rasa takut dari pikirannya.

Kesehatan
Riwayat penyakit dan obat-obatan yang masih diminum untuk jangka panjang juga harus diperhatikan. Obat-obat untuk kejiwaan (penenang, obat tidur atau anti depresi), anti alergi, anti Diabetes Melitus (DM), steroid dan alkohol mengurangi keamanan penyelam, karena efeknya yang tidak dapat diprediksi saat berada di lingkungan bertekanan tinggi.

Selain itu, lanjut Merlin, kesehatan dan fungsi jantung, paru, THT dan sistem persarafan harus dalam batas normal. Ini sangat penting untuk diperhatikan, karena jantung, paru dan sistem persarafan merupakan organ tubuh utama yang mendukung kehidupan dengan menyuplai peredaran darah dan oksigen ke seluruh tubuh, dan mempertahankan kesadaran penyelam.

“Karena lingkungan penyelaman sangat berbeda dengan lingkungan hidup fisiologis manusia di darat, maka organ-organ tubuh vital tersebut benar-benar harus berfungsi normal,” tambah dokter yang berpraktik di RSAL dr Mintohardjo, Jakarta ini, kepada Beritasatu.com.

Kondisi kesehatan lainnya yang juga penting bagi penyelam adalah THT (telinga, hidung dan tenggorokan). Menurut Merlin, THT yang normal dan berfungsi baik sangat penting untuk proses equalisasi (penyamaan tekanan lingkungan) saat penyelam turun ke dasar laut atau naik ke permukaan air.

Oleh karena itu, menderita flu ringan sekalipun, kata Merlin, tidak disarankan untuk menyelam. “Flu mengindikasikan adanya proses peradangan pada sistem saluran nafas dan biasanya disertai pembengkakan, sehingga proses equalisasi tidak bisa berjalan lancar,” jelasnya.

Bila seseorang memaksakan diri menyelam dalam kondisi flu, bisa menderita barotrauma, yaitu penyakit penyelaman akibat perbedaan tekanan.

Barotrauma yang paling sering terjadi, kata Merlin, adalah barotrauma telinga tengah saat penyelam mulai turun ke dasar laut, dimana timbul nyeri di telinga karena equalisasi tidak berhasil.

“Barotrauma dapat juga mengenai sinus, wajah, paru, usus bahkan artificial pada rongga antara pakaian selam dan tubuh penyelam,” imbuhnya.

Selain flu, penderita sinusitis, lanjut Merlin, juga tidak diperbolehkan menyelam. Sama seperti flu, sinusitis juga ada peradangan dan pembengkakan pada lapisan rongga dan saluran sinus, sehingga aliran udara saat proses equalisasi tidak dapat berjalan lancar.

“Akibatnya udara dapat terjebak di dalam rongga sinus dan menimbulkan nyeri di daerah wajah dan kepala yang hebat yang disebut barotrauma sinus. Keluhan ini dapat terjadi saat penyelam turun ke dasar laut maupun naik ke permukaan air,” jelasnya panjang lebar.

Nah, bila semua syarat psikologi dan kesehatan tersebut tidak terpenuhi atau dilanggar oleh penyelam atau calon penyelam, maka yang bersangkutan, kata Merlin, berisiko tinggi mengalami berbagai masalah. Mulai dari kesulitan proses menyelam yang ringan, kecelakaan penyelaman yang masih dapat ditangani sampai yang tidak tertolong. “Celakanya, risiko tersebut tidak hanya dialami orang yang bersangkutan, tapi bisa juga mengenai buddy diver (penyelam pendamping),” tegasnya.

Tips Aman Menyelam
Lantas, bagaimana dengan perempuan yang sedang haid, bolehkah menyelam? Perempuan yang sedang haid, lanjut Merlin, dilarang menyelam bila mempunyai keluhan seperti nyeri perut, kram, nyeri kepala, mual dan muntah.

Perubahan hormonal saat haid, kata dia, membuat perempuan cenderung mengalami retensi air dan pembengkakan yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit penyelaman, yaitu decompression sickness, serta perubahan psikologi.

“Namun untuk perempuan haid yang kesehatan fisik dan psikologinya tidak ada kelainan, diperbolehkan menyelam. Namun untuk kenyamanan, sebaiknya Anda memakai pelindung internal seperti tampon daripada pembalut,” tambah Merlin.

Untuk masalah usia, adakah batasan untuk seorang penyelam? Merlin menjelaskan, idealnya seorang penyelam berusia antara 16 – 35 tahun. Bila kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun, sebaiknya diawasi dengan ketat.

Pada usia kurang dari 16 tahun, lanjut dia, umumnya belum cukup matang kondisi psikologisnya. Sedangkan usia lebih dari 35 tahun mulai menurun fungsi organ-organ tubuh yang vital, sehingga pemeriksaan kesehatan sebelum menyelam harus lebih lengkap dan teliti.

Nah, berikut beberapa tips aman menyelam yang diberikan oleh Mayor Laut (K/W) dr Merlin Avongsa, Mkes:

1. Memenuhi syarat kesehatan fisik dan psikologi
2. Pengetahuan dan ketrampilan menyelam yang memadai
3. Peralatan selam sesuai standar dan berfungsi baik
4. Ada penyelam pendamping yang berpengalaman
5. Menguasai medan penyelaman
6. Mematuhi rencana penyelaman
7. Setelah menyelam sebaiknya tidak bepergian dengan pesawat terbang sebelum 12 jam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar